Jangan Kau Tunda Apalagi Sampai Kau Tinggalkan Shalat
Khutbah Pertama:
الحمدُ لله الذي وفقَّ مَن اختاره مِن عباده لطاعته، وأهَّلَ مَن ارتضاه منهم لعبادته، وهدَى مَن أحبَّه للمسارعة إلى مرضاته، وأشهد أن لا إله إلا الله، وحده لا شريكَ له في ألوهيته، ولا مُقاوِمَ له في جبروته وعِزَّته، وأشهد أنَّ سيّدنا محمدًا عبدُه ورسولُه، أرسَلَه إلى كافَّة خلقه بشيرًا ونذيرًا، وجعَلَه شاهدَ حقٍّ، وأمينَ صدقٍ، اللهمَّ فصلِّ وسلِّم وبارِكْ عليه، وعلى آله الذين فرضتَ على الأمة محبتَهم، وعلى أصحابه مصابيحِ المُقتدين به، ومتحمِّلين أمانَتَه.
أما بعدُ،
Ibadallah,
Bertakwalah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam segala hal yang Dia wajibkan kepada Anda. Di antaranya kewajiban shalat di siang dan malam hari. Jangan sampai Anda meninggalkan shalat wajib tersebut. Atau meremehkan kewajibannya. Atau mengerjakannya di akhir waktunya. Atau mengerjakannya dengan tidak berjamaah. Karena shalat merupakan salah satu rukun dari rukun Islam. Ia adalah rukun yang agung setelah dua kalimat syahadat. Shalat juga merupakan amalan pertama yang dihisab di hari kiamat kelak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِ
““Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi.” [HR. Abu Dawud, Ahmad, dan selain keduanya].
Ketahuilah! Tidak ada bagian Islam pada diri seseorang, apabila ia meninggalkan shalat. Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu mengatakan,
أَمَا إِنَّهُ لَا حَظَّ فِي الْإِسْلَامِ لِأَحَدٍ تَرَكَ الصَّلَاةَ
“Tidak ada bagian dari Islam pada seseorang yang meninggalkan shalat.”
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengatakan,
مَنْ لَمْ يُصَلِّ فَلَا دِينَ لَهُ
“Barangsiapa yang tidak shalat, maka tidak ada (bagian) agama padanya.”
Shalat adalah pembeda antara kekufuran dengan keimanan. Dengan shalat dikenalilah mana seorang muslim dan mana yang non muslim. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
العَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” [HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul Mashobih no. 574].
Dan shahih dari Ibnu Syaqiq rahimahullah, bahwasanya ia berkata,
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرَوْنَ شَيْئًا مِنَ الأَعْمَالِ تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلَاةِ
“Para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memandang sesuatu amalanpun yang kalau ditinggalkan merupakan kekufuran, selain dari shalat.”
Juga terdapat atsar shahih dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا غَزَا قَوْمًا لَمْ يُغِرْ حَتَّى يُصْبِحَ، فَإِنْ سَمِعَ أَذَانًا أَمْسَكَ، وَإِنْ لَمْ يَسْمَعْ أَذَانًا أَغَارَ بَعْدَ مَا يُصْبِحُ
“Dahulu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila hendak menyerang suatu kaum, beliau tidak memulainya kecuali saat subuh. Jika beliau mendengar suara adzan dikumandangkan, beliau tidak menyerang. Jika tak terdengar suara adzan, beliau menyerangnya setelah subuh.”
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Kaum muslimin tidak berbeda pendapat tentang seseorang yang meninggalkan shalat wajib secara sengaja telah mengerjakan dosa yang paling besar. Bahkan dosa besar yang paling besar. Dosanya di sisi Allah lebih besar dibanding seseorang yang membunuh, merampok, berzina, mencuri, meminum khamr. Ia telah mengekspos dirinya untuk diadzab dan terkena murkanya Allah di dunia dan akhirat.”
Penduduk neraka ketika ditanya:
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (42) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (43)
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” [Quran Al-Mudatsir: 42-43].
Jawaban pertama mereka ketika ditanya apa yang menyebabkan masuk neraka adalah karena meninggalkan shalat. Mereka tidak memulai jawaban dengan kesalahan-kesalahan lainnya. Kemudian, di ayat berikutnya, baru mereka mengatakan,
وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (44) وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (45) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (46) حَتَّىٰ أَتَانَا الْيَقِينُ (47)
“dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian”. [Quran Al-Mudatsir: 44-47].
Pasti mereka akan mendapatkan hukuman di akhirat. Mereka ingin bersujud kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala akan tetapi mereka tak bisa melakukannya. Hal itu sebagai hukuman atas perbuatan mereka yang meninggalkan sujud kepada-Nya bersama orang-orang yang sujud sewaktu di dunia. Allah Ta’ala berfirman,
يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُونَ
“Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa. (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera.” [Quran Al-Qalam: 42-43].
Sambulah seruan Allah saat Anda berada di dunia. Jadilah hamba-Nya yang shalat, rukuk, dan sujud kepada-Nya. Laksanakanlah perintahnya karena berharap surga-Nya. Dan Dia telah memerintahkan demikian dalam firman-Nya:
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” [Quran Al-Baqarah: 43].
Terdapat sebuah hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau berwasiat kepada khalayak tatkala haji perpisahan:
اعْبُدُوا رَبَّكُمْ، وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ، وَصُومُوا شَهْرَكُمْ، وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ، وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ
“Beribadahlah kepada Rab kalian. Kerjakanlah shalat lima waktu. Berpuasalah di bulan Ramadhan. Berhajilah ke Baitullah. Tunaikanlah zakat pada harta kalian. Taatilah pemimpin kalian. Niscaya kalian masuk surga Rabb kalian.”
Seandainya seseorang meninggalkan salah satu shalat, seperti meninggalkan shalat ashar, maka dia telah rugi dengan kerugian yang besar. Dia telah melakukan perbuatan dosa yang besar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ العَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat ashar, maka terhapus semualah amal kebajikannya.”
Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَتْرُكَنَّ صَلَاةً مَكْتُوبَةً مُتَعَمِّدًا؛ فَإِنَّ مَنْ تَرَكَ صَلَاةً مَكْتُوبَةً مُتَعَمِّدًا فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللهِ
“Janganlah meninggalkan shalat wajib secara sengaja. Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan shalat wajib dengan sengaja, terlepaslah ia dari perlindungan Allah.” [HR. Ahmad].
Ibadallah,
Sesungguhnya shalat kewajiban yang di dalamnya paling banyak bacaan Alquran. Dan shalat juga merupakan tali Islam yang terakhir. Karena itu, jangan sampai Anda meremehkannya. Jangan sampai Anda menyepelekan ibadah agung ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً، فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا، وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ، وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ
“Sesungguhnya tali Islam akan terlepas seutas demi seutas, ketika terlepas satu ikatan, maka umat manusia berpegang pada tali berikutnya. Perkara yang pertama kali terlepas adalah hukum dan yang paling akhir adalah shalat.” [HR. Ahmad dan selainnya].
Kalau tali terakhir saja sudah terlepas dari kita, bagian mana lagi dari agama ini yang ada pada kita?
Shalat juga menjadi salah satu alasan tidak bolehnya rakyat membangkang kepada pemimpinnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أَئِمَّةٌ تَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ، فَمَنْ أَنْكَرَ فَقَدْ بَرِئَ، وَمَنْ كَرِهَ فَقَدْ سَلِمَ، وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ»، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُقَاتِلُهُمْ؟ قَالَ: لَا، مَا صَلَّوْا
“Sesungguhnya akan diangkat seorang pemimpin untuk kalian. Kalian mengenalinya kemudian mengingkarinya (karena berbuat maksiat). Barangsiapa yang membenci, maka ia telah berlepas diri. Dan siapa yang mengingkari ia akan selamat. Akan tetapi yang binasa adalah orang yang ridha dan mengikuti.” Para sahabat bertanya, “Apakah boleh kami memerangi mereka?” Beliau bersabda, “Tidak boleh, selama mereka shalat.” [HR Muslim].
Ibadallah,
Berhati-hatilah! Jangan sampai Anda mengakhirkan pengerjaan shalat Anda secara sengaja. Karena meremehkan atau malas. Bahkan dikerjakan sampai keluar dari waktunya. Jangan sampai Anda lakukan hal ini, walaupun hanya satu shalat. Allah Ta’ala memperingatkan peringatan keras bagi mereka yang melakukan demikian. Allah Ta’ala berfirman,
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” [Quran Al-Ma’un: 4-5].
Para sahabat nabi menafsirkan kata lalai dalam ayat ini dengan mengakhirkan shalat hingga keluar dari waktunya. Diriwayatkan dari Mush’ab bin Saad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhuma, ia bertanya kepada ayahnya yang merupakan sahabat utama Nabi:
(( يَا أَبَتَاهُ: أَرَأَيْتَ قَوْلَ الله } الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُون { أَيُّنَا لَا يَسْهُو؟ أَيُّنَا لَا يُحَدِّثُ نَفْسَهُ؟ قَالَ: «لَيْسَ ذَاكَ، إِنَّمَا هُوَ إِضَاعَةُ الْوَقْتِ، يَلْهُو حَتَّى يَضِيعَ الْوَقْتُ «))
“Ayah, bagaimana pendapatmu tentang firman Allah ‘orang-orang yang lalai dari shalatnya’. Siapakah di antara kita yang tidak lalai dalam shalat? Siapakah yang tidak pernah berbicara dengan dirinya sendiri saat shalat? (artinya 100% siapa yang bisa fokus dari awal hingga akhir).” Saad menjawab, “Bukan demikian maksudnya. Lalai di situ adalah menyepelekan waktunya. Ia remehkan sampai keluar dari waktunya.”
وسبحان ربك، ربِّ العِزَّة عما يصفون، وسلام على المرسلين، والحمد لله ربِّ العالمين.
Khutbah Kedua:
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسوله الأمين، سيدنا محمد، وعلى آله وصحبه الميامين.
أما بعد، فيا عباد الله:
Sesungguhnya Anda semua tahu bahwa masjid-masjid itu dibangun tujuannya agar shalat ditegakkan di dalamnya, dimakmurkan oleh manusia dengan shalat dan ibadah, disibukkan dengan berdzikir kepada Allah. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” [Quran Nur: 36-37].
Karena itu, kerjakanlah shalat lima waktu di masjid. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Anda, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabatnya radhiallahu ‘anhum, kaum muslimin setelah mereka. Jika kita menyelesihi dari yang demikian atau malas, maka kita telah meniru sifatnya orang-orang munafik. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللهَ غَدًا مُسْلِمًا، فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلَاءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ، فَإِنَّ اللهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُنَنَ الْهُدَى، وَإِنَّهُنَّ مَنْ سُنَنَ الْهُدَى، وَلَوْ أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّي هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِي بَيْتِهِ، لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ، وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ، وَمَا مِنْ رَجُلٍ يَتَطَهَّرُ فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ، ثُمَّ يَعْمِدُ إِلَى مَسْجِدٍ مِنْ هَذِهِ الْمَسَاجِدِ، إِلَّا كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا حَسَنَةً، وَيَرْفَعُهُ بِهَا دَرَجَةً، وَيَحُطُّ عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً، وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ، وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِي الصَّفِّ
“Barangsiapa yang ingin menjumpai Allah dalam keadaan muslim, maka hendaklah dia menjaga shalat-shalat ini di tempat yang mengajak untuk melaksanakannya. Karena Allah menyariatkan untuk Nabi kalian sunanul huda (petunjuk). Dan shalat berjamaah termasuk sunanul huda (petunjuk). Seandainya kalian shalat di rumah kalian, sebagaimana orang yang menganggap remeh dengan shalat di rumahnya, itu berarti kalian telah meninggalkan ajaran Nabi kalian. Seandainya kalian meninggalkan ajaran Nabi kalian, niscaya kalian akan sesat. Aku telah melihat bahwa tidak ada yang tertinggal dari shalat berjamaah melainkan orang munafik yang jelas kemunafikannya. Dan sungguh adakalanya seseorang biasa dibawa di antara dua orang (dipapah) sampai ia diberdirikan di dalam shaf.” [HR. Muslim, no. 654].
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَثْقَلُ الصَّلَاةِ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا، وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ الْمُؤَذِّنَ فَيُؤَذِّنَ، ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا يُصَلِّي بِالنَّاسِ، ثُمَّ أَنْطَلِقَ مَعِي بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حُزُمُ الْحَطَبِ إِلَى قَوْمٍ يَتَخَلَّفُونَ عَنِ الصَّلَاةِ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ
“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Shubuh. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada dalam kedua shalat tersebut tentu mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak. Sungguh aku bertekad untuk menyuruh orang melaksanakan shalat. Lalu shalat ditegakkan dan aku suruh ada yang mengimami orang-orang kala itu. Aku sendiri akan pergi bersama beberapa orang untuk membawa seikat kayu untuk membakar rumah orang yang tidak menghadiri shalat Jamaah.” [HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651, dari Abu Hurairah].
Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” [Quran 4:142].
Demi Allah, lihatlah berapa banyak jumlah orang yang shalat di masjid ketika shalat berjamaah ditegakkan di sana. Kemudian perhatikan pula berapa banyak jumlah manusia di pasar, di rumah, di jalan-jalan, di tempat bekerja, di tempat bermain, di tempat nongkrong, yang sedang online internet. Apakah kendaraan berhenti ketika shalat ditegakkan? Sehingga jalanan menjadi sepi?
Ibadallah,
Berhati-hatilah terhadap perbuatan yang menyelisihi syariat Rabb kalian. Tetaplah istiqomah dalam menaati-Nya. Allah Ta’ala telah memberi peringatan:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” [Quran An-Nur: 63]
Ibadallah,
Bersemangatlah pula dalam mengerjakan shalat sunnah rawatib. Perbanyaklah melakukan shalat sunnat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
” إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ ” .
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”
Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” [HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian shahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi].
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya.”
Demikianlah, kita memohon kepada Allah agar menolong kita dalam mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan beribadah dengan baik kepada-Nya.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com
Artikel asli: https://khotbahjumat.com/4796-jangan-kau-tunda-apalagi-sampai-kau-tinggalkan-shalat.html